Jumat, 11 November 2016

Dieng Culture Festival



Dieng Culture Festival. Acara Pesta Budaya terbesar yang diadakan setiap Tahunnya di Kawasan Wisata Dieng ini akan segera digelar untuk kelima kalinya. Secara Garis besar, acara Dieng Culture Festival ke 5 (2014) hampir sama dengan sebelumnya, dengan Prosesi Ruwatan rambut Gimbal sebagai acara inti, dimeriahkan dengan Program-program lain seperti Pentas Seni Budaya, Pergelaran Wayang Kulit, Festival Film, Pertunjukan Jazz atas awan dan sebagainya.

Apa sih Dieng Culture Festival itu?

Dieng Culture Festival ,
Sebagaimana namanya merupakan Festival Budaya dengan konsep sinergi antara unsur Budaya Masyarakat, Potensi Wisata Alam Dieng serta Pemberdayaan masyarakat lokal sebagai misi dasar pembentukan acara tersebut. Acara ini digagas oleh Kelompok sadar Wisata dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat dan organsasi/ Dinas Terkait Kepariwisataan di Dieng.
Dieng Culture Festival pertama kali iselenggarakan pada tahun 2010. Sebelumnya pernah diadakan acara serupa yang lebih dikenal dengan sebutan "Pekan Budaya Dieng". Baru ketika memasuki tahun ketiga, Masyarakat lokal Dieng dan Kelompok Sadar Wisata berinisiatif untuk mengubah nama even tersebut menjadi Dieng Culture Festival.

Ada Apa di Dieng Culture Festival?

ACARA RUWATAN / PEMOTONGAN RAMBUT BOCAH GIMBAL DIENG

Upacara Ruwatan Rambut Gimbal
Kata ruwatan sudah tidak asing lagi saat acara besar yakni Dieng Culture Festival diselenggarakan di Dieng yakni upacara pencukuran rambut gimbal masal di Dieng Plateau Area sebagai acara seni dan budaya Dieng. Disaat itulah seluruh obyek wisata Dieng dibanjiri ribuan wisatawan yang hendak menyaksikan acara sakral tersebut. Namun demikian perlu Anda ketahui terlebih dahulu detail tentang ruwat anak rambut gimbal Dieng, asal usul anak berambut gimbal Dieng, bagaimana upacaranya, serta apa tujuan di adakan upacara ruwat rambut gimbal.
Ruwat berarti bebas atau terlebas. Bagi orang Jawa seseorang yang dianggap memiliki sukerta harus di ruwat agar tidak terkena sial atau malapetaka bahkan marabahaya. Sukerta sendiri memiliki arti seseorang yang memiliki kelainan yang menurun tradisi turun temurun akan dimangsa bhatara kala, seperti anak-anak rambut gimbal sehingga harus dibersihkan atau diruwat terlebih dahulu.
Di daerah sekitar lerang Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro subur akan tradisi ruwatan yakni ruwat rambut gimbal sebagai ciri khas yang tumbuh di Kabupaten Wonosobo. Anak-anak berambut gimbal ini dianggap sebagai anak sukerta yang dicadangkan menjadi mangsa Bhatara kala dan harus di ruwat. 




1. Bagaimana pelaksanaan upacara ruwatan anak rambut gimbal Dieng

Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat) dengan persiapan khusus seperti tempat upacara dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak diarea obyek wisata Telaga Warna.
Acara ruwatan ini mula-mula dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Kemudian setelah sambutan-sambutan selesai maka prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi bebunyian gamelan sang dukun mulai memandikan anak yang akan dicukur rambutnya. Air yang dipakai oleh sang dukun untuk memandikan anak yang akan dicukur ini sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya yakni tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gimbal. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun pun memanjatkan doa untuk kemudian mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu.
Rambut-rambut yang telah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau sungai yang ada di Dieng.
Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan ini maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal ini.
Upacara ruwatan rambut gimbal selayaknya sebuah acara khitanan. Ada upacara individual ataupun upacara masal. Upacara ruwatan individual biasanya dilaksanakan secara pribadi di masing-masing rumah sedangkan upacara missal biasanya dilaksanakan bersamaan oleh beberapa anak yang memiliki rambut gimbal. Untuk upacara masal rambut gimbal biasanya diadakan di Dieng Plateau area, di beberapa obyek wisata Dieng sebagai contoh di Telaga Warna, Telaga pengilon dan Komplek Gua, di area Telaga Cebong maupun di area Komplek Candi Arjuna Dieng.   .
Pertunjukan seni tradisi, Pemutaran nominator festival film dieng, Pagelaran wayang kulit, Pesta lampion & kembang api, Pagelaran Jazz Atas Awan

2. Asal usul anak rambut gimbal/gembel Dieng
Pengaruhnya terhadap Kepribadian

Enam ratus tahun yang lalu ketika Dieng masih banyak didiami dewa dewi Hindu, seorang utusan dari Kerajaan Mataram Kuno diperintahkan untuk membuka wilayah Dieng dan memperluas daerah kekuasaan kerajaan Mataram. Bersama istrinya, Ni Roro Ronce, pasangan ini diperintahkan untuk menjaga kesejahteraan masyarakat yang mendiami daerah tinggi yang sepi di tengah pulau Jawa ini. Setelah mendapatkan wahyu dari Nyi Roro Kidul, penguasa Laut Selatan Jawa, pasangan ini kemudian mengetahui akan munculnya manusia manusia berambut gimbal (hair dreadlocks). Sejak saat itu kemudian mulai dicatat munculnya fenomena rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng. Kepercayaan menyebutkan bahwa semakin banyak manusia berambut gimbal adalah bukti meningkatnya kesejahteraan penduduk Dieng.
Enam abad kemudian, rambut gimbal masih dapat kita temui di kalangan masyarakat keturunan asli Dieng. Tidak terikat dimensi ruang, rambut-rambut gimbal terus bermunculan di berbagai tempat, tidak hanya di Dieng namun dapat ditemui di manapun. Kemunculan rambut gimbal pada seseorang rata-rata bermula dari demam dengan panas tubuh yang tinggi. Tidak terikat garis keturunan juga, rambut gimbal masih bermunculan secara random pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan dari Dataran ini.
Beruntung bagi saya dapat mendengar penjelasan langsung dari mbah Naryono, sesepuh di kalangan masyarakat Dieng mengenai fenomena rambut gimbal yang makin diketahui luas sebagai perpaduan dari genetik dan metafisik. Ditemui di Pendopo Suharto – Whitlam, Mbah Naryono memberi penjelasan rinci mengenai proses munculnya rambut gimbal hingga prosesi pemotongan rambut gimbal yang kini dikemas menarik dalam Dieng Culture Festival. Festival tahunan yang menyedot puluhan ribu pengunjung setiap kali diadakan.
Penampakan Rambut Gimbal pada Garis Keturunan DiengProses Pemotongan Rambut Gimbal (courtesy: www.beritanenam.com)Proses Pemotongan Rambut Gimbal (courtesy: www.beritanenam.com)Proses Pemotongan Rambut Gimbal (courtesy: www.beritanenam.com)
Keluarga dengan Anaknya yang Berambut Gimbal
Satu hari, bagi anak yang telah ditakdirkan berambut gimbal, ia akan mengalami demam yang tinggi yang kemudian diikuti oleh merekatnya helai-helai rambut yang kemudian menjadi gimbal. Terdapat juga karakteristik gimbal yang tampak berlainan jika dilihat. Macam-macam gimbal tersebut seperti Gembel Pari, gembel baris dan gembel wedus. Tidak serta merta rambut yang telah tumbuh gimbal ini akan dapat dipotong. Pemotongan rambut ini harus melalui prosesi panjang mulai dari memberi pertanyaan kepada anak yang berambut gimbal mengenai apa yang ia inginkan ketika akan dilaksanakan prosesi pemotongan rambut ini.
Pertanyaan mengenai apa yang diinginkan oleh sang anak ketika akan dipotong rambutnya harus ditanyakan ketika anak bangun tidur di pagi hari. Jawaban pertama yang diminta sang anak harus dapat dipenuhi oleh kedua orang tuanya. Uniknya tiap individu manusia juga membuat permintaanpun sangat bervariasi. Mulai dari hanya permintaan sepele seperti meminta suatu makanan hingga ke barang-barang berharga mahal. Ajaibnya, permintaan ini relatif sama jawabannya walau ditanyakan berulang kali. Permintaan-permintaan yang sulit dipenuhi akan membuat pemotongan rambut menjadi tertunda di satu waktu yang telah ditentukan di tahun berikutnya.

Bagi orang-orang yang berambut gimbal, dipercaya terdapat kepribadian yang lebih berani daripada manusia yang ditakdirkan berambut normal. Fenomena ini tidak terbatas pada rambut gimbal yang berdomisili di Dieng. Beberapa kasus ditemukan juga dalam individu yang mempunyai keturunan langsung dari Penduduk Dieng walau berdomisili di luar wilayah dieng. Rambut ini seakan menjadi pertanda suasana hati bagi pemiliknya. Ketika sedang marah, rambut gimbal yang biasanya terdapat dalam satu bagian kulit kepala akan berdiri tegak seolah-olah mengikuti suasana hati yang merasa terancam.
Penampakan Rambut Gimbal pada Garis Keturunan Dieng
Penampakan Rambut Gimbal pada Garis Keturunan Dieng
Walaupun secara kepercayaan rambut gimbal ini dikaitkan dengan kesejahteraan, namun perlakuan kepada rambut gimbal haruslah spesial. Rambut ini tidak boleh dengan seenaknya dibersihkan atau dipotong. Perlakuan menghilangkan rambut gimbal tanpa prosesi sakral akan membuat pemilik rambut gimbal akan jatuh sakit. Pemotongan rambut gimbal haruslah mengikuti prosesi yang rumit dan dilakukan di Dieng. Oleh sebab itu pemilik rambut ini akan merasa terikat pada tanah leluhurnya di ketinggian Dieng yang penuh dengan mitos-mitos yang terjaga hingga saat ini.

Dalam satu tahun, pemotongan rambut gimbal dilaksanakan di waktu yang spesifik. Prosesinya dimulai dari napak tilas dari tetua masyarakat Dieng, yaitu kunjungan ke 24 tempat dimana Kyai Kolodete dan Ni Roro Ronce pernah berkunjung. Pemilik rambut gimbal kemudian diarak menuju tengah pelataran Dieng di Komplek Candi Arjuna. Tarian-tarian seperti Tari Rampak, Tari Yakso atau Tari Warog dipersembahkan kepada yang maha kuasa sebelum dilaksanakan ritual pemotongan Rambut Gimbal.

Proses kirab sesaji potong rambut di Dieng 
Setelah orang tua atau kerabat dari pemilik rambut gimbal dapat memenuhi permintaan yang diucapkan ketika bangun tidur maka prosesi dapat dilaksanakan. Dari pemilik rambut gimbal sendiri, permintaan memotong rambut akan muncul ketika beranjak dari masa kanak-kanak. Pemotongan rambut gimbal melalui prosesi telah dipercaya dan terbukti menghilangkan gimbal secara permanen dalam kelanjutan hidupnya.
Sejak 2002, mengingat banyaknya ritual yang harus dilalui, pemotongan rambut gimbal kemudian dilaksanakan secara massal di pelataran Dieng yang kemudian dikemas dalam satu atraksi daya tarik wisata budaya di Dieng Culture Festival. Puluhan ribu masyarakat mendatangi prosesi ini untuk sekedar melihat atau mengantarkan kerabatnya mengikuti prosesi ini.
Proses Pemotongan Rambut Gimbal (courtesy: www.beritanenam.com)
Proses Pemotongan Rambut Gimbal
Walau terdengar seperti mitos, namun apa yang telah diceritakan kepada saya ini telah dipercaya dan dilalui oleh ratusan orang pemilik rambut gimbal dan membuat mereka yang berambut gimbal kem


Untuk menghilangkan sukerta anak-anak rambut gimbal harus dengan cara upacara ruwatan rambut gimbal yakni dengan mencukur rambut yang gimbal tersebut. Sebelum dilaksanakan pencukuran ada beberapa hal atau syarat yang harus dipenuhi yakni permintaan anak yang berambut gimbal tersebut harus disediakan. Sebelum upacara pencukuran atau ruwatan anak berambut gimbal mempunyai beberapa keinginan yang harus terkabulkan. Jika keinginan mereka tidak disiapkan meskipun mengadakan upacara ruwatan gimbal anak-anak tersebut akan tumbuh kembali. Biasanya permintaan yang sering diajukan berupa makanan anak-anak maupun mainan anak-anak seperti sepeda dan lain-lain.
ACARA PENDUKUNG DIENG CULTURE FESTIVAL.

Selain pemotongan rambut anak gimbal, Dieng Culture Festival Juga dimeriahkan acara-acara lain seperti Jalan Sehat dan Minum Purwaceng, 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar