Dieng Culture Festival. Acara Pesta Budaya terbesar yang diadakan setiap Tahunnya
di Kawasan Wisata Dieng ini akan segera digelar untuk kelima kalinya. Secara
Garis besar, acara Dieng Culture Festival ke 5 (2014) hampir sama dengan
sebelumnya, dengan Prosesi Ruwatan rambut Gimbal sebagai acara inti,
dimeriahkan dengan Program-program lain seperti Pentas Seni Budaya, Pergelaran
Wayang Kulit, Festival Film, Pertunjukan Jazz atas awan dan sebagainya.
Apa
sih Dieng Culture Festival itu?
Dieng Culture Festival ,
Sebagaimana namanya merupakan
Festival Budaya dengan konsep sinergi antara unsur Budaya Masyarakat, Potensi
Wisata Alam Dieng serta Pemberdayaan masyarakat lokal sebagai misi dasar
pembentukan acara tersebut. Acara ini digagas oleh Kelompok sadar Wisata dengan
melibatkan berbagai elemen masyarakat dan organsasi/ Dinas Terkait
Kepariwisataan di Dieng.
Dieng Culture Festival pertama kali
iselenggarakan pada tahun 2010. Sebelumnya pernah diadakan acara serupa yang
lebih dikenal dengan sebutan "Pekan Budaya Dieng". Baru ketika
memasuki tahun ketiga, Masyarakat lokal Dieng dan Kelompok Sadar Wisata
berinisiatif untuk mengubah nama even tersebut menjadi Dieng Culture Festival.
Ada
Apa di Dieng Culture Festival?
ACARA
RUWATAN / PEMOTONGAN RAMBUT BOCAH GIMBAL DIENG
Upacara Ruwatan Rambut Gimbal
Kata ruwatan sudah tidak asing lagi saat acara besar yakni Dieng Culture Festival diselenggarakan di Dieng yakni upacara pencukuran rambut gimbal masal di Dieng Plateau Area sebagai acara seni dan budaya Dieng. Disaat itulah seluruh obyek wisata Dieng dibanjiri ribuan wisatawan yang hendak menyaksikan acara sakral tersebut. Namun demikian perlu Anda ketahui terlebih dahulu detail tentang ruwat anak rambut gimbal Dieng, asal usul anak berambut gimbal Dieng, bagaimana upacaranya, serta apa tujuan di adakan upacara ruwat rambut gimbal.
Ruwat berarti bebas atau terlebas. Bagi orang Jawa seseorang yang dianggap memiliki sukerta harus di ruwat agar tidak terkena sial atau malapetaka bahkan marabahaya. Sukerta sendiri memiliki arti seseorang yang memiliki kelainan yang menurun tradisi turun temurun akan dimangsa bhatara kala, seperti anak-anak rambut gimbal sehingga harus dibersihkan atau diruwat terlebih dahulu.
Di daerah sekitar lerang Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro subur akan tradisi ruwatan yakni ruwat rambut gimbal sebagai ciri khas yang tumbuh di Kabupaten Wonosobo. Anak-anak berambut gimbal ini dianggap sebagai anak sukerta yang dicadangkan menjadi mangsa Bhatara kala dan harus di ruwat.
1. Bagaimana pelaksanaan upacara ruwatan anak rambut gimbal Dieng
Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat) dengan persiapan khusus seperti tempat upacara dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak diarea obyek wisata Telaga Warna.
Acara ruwatan ini mula-mula dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Kemudian setelah sambutan-sambutan selesai maka prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi bebunyian gamelan sang dukun mulai memandikan anak yang akan dicukur rambutnya. Air yang dipakai oleh sang dukun untuk memandikan anak yang akan dicukur ini sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya yakni tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gimbal. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun pun memanjatkan doa untuk kemudian mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu.
Rambut-rambut yang telah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau sungai yang ada di Dieng.
Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan ini maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal ini.
Upacara ruwatan rambut gimbal selayaknya sebuah acara khitanan. Ada upacara individual ataupun upacara masal. Upacara ruwatan individual biasanya dilaksanakan secara pribadi di masing-masing rumah sedangkan upacara missal biasanya dilaksanakan bersamaan oleh beberapa anak yang memiliki rambut gimbal. Untuk upacara masal rambut gimbal biasanya diadakan di Dieng Plateau area, di beberapa obyek wisata Dieng sebagai contoh di Telaga Warna, Telaga pengilon dan Komplek Gua, di area Telaga Cebong maupun di area Komplek Candi Arjuna Dieng. .
Pertunjukan seni tradisi, Pemutaran nominator festival film dieng, Pagelaran wayang kulit, Pesta lampion & kembang api, Pagelaran Jazz Atas Awan




Waktu upacara itu sendiri dilakukan berdasarkan weton (hari kelahiran sang anak) sedangkan pelaksanaan upacara dihitung berasarkan neptu (nilai kelahiran anak yang akan diruwat) dengan persiapan khusus seperti tempat upacara dan benda-benda sesaji. Sesaji yang biasanya disiapkan untuk upacara ini sendiri antara lain tumpeng, ingkung ayam (ayam besar utuh), gunting, mangkuk dan air berisi bunga setaman, beras, 2 buah uang, payung, tumpeng putih dengan dihiasi buah-buahan yang ditancapkan, jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut dan permintaan anak yang diruwat. Tempat upacaranya sendiri adalah di Goa Semar yang terletak diarea obyek wisata Telaga Warna.Acara ruwatan ini mula-mula dibuka dengan sambutan oleh salah satu pelaksana upacara. Kemudian setelah sambutan-sambutan selesai maka prosesi upacara pun dimulai. Dengan diiringi bebunyian gamelan sang dukun mulai memandikan anak yang akan dicukur rambutnya. Air yang dipakai oleh sang dukun untuk memandikan anak yang akan dicukur ini sendiri diambil dari mata air yang dianggap bertuah di Dataran Tinggi Dieng. Kemudian setelah dimandikan maka disiapkanlah sesaji-sesaji yang akan dipakai dalam prosesi upacara ruwatannya yakni tumpeng putih dengan dihiasi buah-buah yang ditancapkan, hal ini menggambarkan rambut gimbal. Tumpeng dianggap kepala sedangkan untaian buah-buahan sebagai rambut gimbalnya. Lalu ada ayam kampung yang telah digoreng (bakakak), jajanan pasar serta 15 jenis minuman, seperti kopi manis dan pahit, teh manis dan pahit, selasih, susu, jawawut, dan sebagainya.
Setelah segala sesaji untuk upacara telah lengkap semua maka sang dukun pun memanjatkan doa untuk kemudian mengasapi kepala sang anak yang akan dicukur dengan asap kemenyan yang telah didoakan tadi. Selanjutnya barulah sang dukun memotong rambut gimbal anak tersebut dengan sebelumnya memasukkan cincin yang dianggap magis ke tiap helai rambut gimbal lalu mencukurnya satu-satu.
Rambut-rambut yang telah dipotong tadi kemudian dibungkus dengan kain putih dan lalu dilarung ke Telaga Warna atau sungai yang ada di Dieng.
Seiring dengan dilarungnya rambut gimbal ke sungai atau ke Telaga Warna dengan ini maka berakhirlah acara prosesi upacara ruwatan cukur rambut gimbal ini.
Upacara ruwatan rambut gimbal selayaknya sebuah acara khitanan. Ada upacara individual ataupun upacara masal. Upacara ruwatan individual biasanya dilaksanakan secara pribadi di masing-masing rumah sedangkan upacara missal biasanya dilaksanakan bersamaan oleh beberapa anak yang memiliki rambut gimbal. Untuk upacara masal rambut gimbal biasanya diadakan di Dieng Plateau area, di beberapa obyek wisata Dieng sebagai contoh di Telaga Warna, Telaga pengilon dan Komplek Gua, di area Telaga Cebong maupun di area Komplek Candi Arjuna Dieng. .
Pertunjukan seni tradisi, Pemutaran nominator festival film dieng, Pagelaran wayang kulit, Pesta lampion & kembang api, Pagelaran Jazz Atas Awan
2. Asal usul anak rambut gimbal/gembel Dieng
Pengaruhnya terhadap Kepribadian
Pengaruhnya terhadap Kepribadian
Enam ratus tahun yang lalu ketika Dieng masih
banyak didiami dewa dewi Hindu, seorang utusan dari Kerajaan Mataram Kuno
diperintahkan untuk membuka wilayah Dieng dan memperluas daerah kekuasaan
kerajaan Mataram. Bersama istrinya, Ni Roro Ronce, pasangan ini diperintahkan
untuk menjaga kesejahteraan masyarakat yang mendiami daerah tinggi yang sepi di
tengah pulau Jawa ini. Setelah mendapatkan wahyu dari Nyi Roro Kidul, penguasa
Laut Selatan Jawa, pasangan ini kemudian mengetahui akan munculnya manusia
manusia berambut gimbal (hair dreadlocks). Sejak saat itu kemudian mulai
dicatat munculnya fenomena rambut gimbal di Dataran Tinggi Dieng. Kepercayaan
menyebutkan bahwa semakin banyak manusia berambut gimbal adalah bukti
meningkatnya kesejahteraan penduduk Dieng.
Enam abad kemudian, rambut gimbal masih dapat
kita temui di kalangan masyarakat keturunan asli Dieng. Tidak terikat dimensi
ruang, rambut-rambut gimbal terus bermunculan di berbagai tempat, tidak hanya
di Dieng namun dapat ditemui di manapun. Kemunculan rambut gimbal pada
seseorang rata-rata bermula dari demam dengan panas tubuh yang tinggi. Tidak
terikat garis keturunan juga, rambut gimbal masih bermunculan secara random
pada orang-orang yang mempunyai garis keturunan dari Dataran ini.
Beruntung bagi saya dapat mendengar penjelasan
langsung dari mbah Naryono, sesepuh di kalangan masyarakat Dieng mengenai
fenomena rambut gimbal yang makin diketahui luas sebagai perpaduan dari genetik
dan metafisik. Ditemui di Pendopo Suharto – Whitlam, Mbah Naryono memberi
penjelasan rinci mengenai proses munculnya rambut gimbal hingga prosesi
pemotongan rambut gimbal yang kini dikemas menarik dalam Dieng Culture
Festival. Festival tahunan yang menyedot puluhan ribu pengunjung setiap kali
diadakan.
Keluarga dengan Anaknya yang Berambut Gimbal
Satu hari, bagi anak yang telah ditakdirkan
berambut gimbal, ia akan mengalami demam yang tinggi yang kemudian diikuti oleh
merekatnya helai-helai rambut yang kemudian menjadi gimbal. Terdapat juga
karakteristik gimbal yang tampak berlainan jika dilihat. Macam-macam gimbal
tersebut seperti Gembel Pari, gembel baris dan gembel wedus. Tidak serta merta
rambut yang telah tumbuh gimbal ini akan dapat dipotong. Pemotongan rambut ini
harus melalui prosesi panjang mulai dari memberi pertanyaan kepada anak yang
berambut gimbal mengenai apa yang ia inginkan ketika akan dilaksanakan prosesi
pemotongan rambut ini.
Pertanyaan mengenai apa yang diinginkan oleh sang
anak ketika akan dipotong rambutnya harus ditanyakan ketika anak bangun tidur
di pagi hari. Jawaban pertama yang diminta sang anak harus dapat dipenuhi oleh
kedua orang tuanya. Uniknya tiap individu manusia juga membuat permintaanpun sangat
bervariasi. Mulai dari hanya permintaan sepele seperti meminta suatu makanan
hingga ke barang-barang berharga mahal. Ajaibnya, permintaan ini relatif sama
jawabannya walau ditanyakan berulang kali. Permintaan-permintaan yang sulit
dipenuhi akan membuat pemotongan rambut menjadi tertunda di satu waktu yang
telah ditentukan di tahun berikutnya.
Bagi orang-orang yang berambut gimbal, dipercaya
terdapat kepribadian yang lebih berani daripada manusia yang ditakdirkan
berambut normal. Fenomena ini tidak terbatas pada rambut gimbal yang
berdomisili di Dieng. Beberapa kasus ditemukan juga dalam individu yang
mempunyai keturunan langsung dari Penduduk Dieng walau berdomisili di luar
wilayah dieng. Rambut ini seakan menjadi pertanda suasana hati bagi pemiliknya.
Ketika sedang marah, rambut gimbal yang biasanya terdapat dalam satu bagian
kulit kepala akan berdiri tegak seolah-olah mengikuti suasana hati yang merasa
terancam.
Penampakan Rambut Gimbal pada Garis Keturunan Dieng
Walaupun secara kepercayaan rambut gimbal ini
dikaitkan dengan kesejahteraan, namun perlakuan kepada rambut gimbal haruslah
spesial. Rambut ini tidak boleh dengan seenaknya dibersihkan atau dipotong.
Perlakuan menghilangkan rambut gimbal tanpa prosesi sakral akan membuat pemilik
rambut gimbal akan jatuh sakit. Pemotongan rambut gimbal haruslah mengikuti
prosesi yang rumit dan dilakukan di Dieng. Oleh sebab itu pemilik rambut ini
akan merasa terikat pada tanah leluhurnya di ketinggian Dieng yang penuh dengan
mitos-mitos yang terjaga hingga saat ini.
Dalam satu tahun, pemotongan rambut gimbal
dilaksanakan di waktu yang spesifik. Prosesinya dimulai dari napak tilas dari
tetua masyarakat Dieng, yaitu kunjungan ke 24 tempat dimana Kyai Kolodete dan
Ni Roro Ronce pernah berkunjung. Pemilik rambut gimbal kemudian diarak menuju
tengah pelataran Dieng di Komplek Candi Arjuna. Tarian-tarian seperti Tari
Rampak, Tari Yakso atau Tari Warog dipersembahkan kepada yang maha kuasa
sebelum dilaksanakan ritual pemotongan Rambut Gimbal.
Proses kirab sesaji potong rambut di Dieng
Setelah orang tua atau kerabat dari pemilik
rambut gimbal dapat memenuhi permintaan yang diucapkan ketika bangun tidur maka
prosesi dapat dilaksanakan. Dari pemilik rambut gimbal sendiri, permintaan
memotong rambut akan muncul ketika beranjak dari masa kanak-kanak. Pemotongan
rambut gimbal melalui prosesi telah dipercaya dan terbukti menghilangkan gimbal
secara permanen dalam kelanjutan hidupnya.
Sejak 2002, mengingat banyaknya ritual yang harus
dilalui, pemotongan rambut gimbal kemudian dilaksanakan secara massal di
pelataran Dieng yang kemudian dikemas dalam satu atraksi daya tarik wisata
budaya di Dieng Culture Festival. Puluhan ribu masyarakat mendatangi prosesi
ini untuk sekedar melihat atau mengantarkan kerabatnya mengikuti prosesi ini.
Proses Pemotongan Rambut Gimbal
Walau terdengar seperti mitos, namun apa yang
telah diceritakan kepada saya ini telah dipercaya dan dilalui oleh ratusan
orang pemilik rambut gimbal dan membuat mereka yang berambut gimbal kem
Untuk
menghilangkan sukerta anak-anak rambut gimbal harus dengan cara upacara ruwatan
rambut gimbal yakni dengan mencukur rambut yang gimbal tersebut. Sebelum
dilaksanakan pencukuran ada beberapa hal atau syarat yang harus dipenuhi yakni
permintaan anak yang berambut gimbal tersebut harus disediakan. Sebelum upacara
pencukuran atau ruwatan anak berambut gimbal mempunyai beberapa keinginan yang
harus terkabulkan. Jika keinginan mereka tidak disiapkan meskipun mengadakan
upacara ruwatan gimbal anak-anak tersebut akan tumbuh kembali. Biasanya
permintaan yang sering diajukan berupa makanan anak-anak maupun mainan anak-anak
seperti sepeda dan lain-lain.
ACARA PENDUKUNG DIENG CULTURE FESTIVAL.
Selain pemotongan rambut anak gimbal, Dieng Culture Festival Juga dimeriahkan acara-acara lain seperti Jalan Sehat dan Minum Purwaceng,

Tidak ada komentar:
Posting Komentar