Selasa, 27 Desember 2016

Membangun Toleransi di Era Sosial Media


TANTANGAN ERA MEDSOS


Membangun Toleransi Seringkali saya amati artikel-artikel tentang agama berujung pada membanjirnya komentar dari netizen. Adu argumen dan debat dunia maya pun tidak terhindarkan lagi. Karakter netizen saat menyampaikan uneg-unegnya juga beraneka ragam, mulai dari yang sopan santunnya masih terjaga sampai yang berkomentar cadas dan menyerang simbol-simbol keimanan netizen yang lain. Ini adalah fenomena yang tidak sehat dalam membangun toleransi.

 Salah satu jurus untuk membangun toleransi adalah dengan dialog antar umat beragama. Dialog yang dimaksud di sini memiliki makna yang lebih luas daripada sekedar percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog ini bisa diimplementasikan berbeda sesuai dengan segmen masyarakat yang disasar.

Dialog mengenai kaidah-kaidah agama, dalil dan hal-hal konseptual lainnya lebih cocok digunakan pada kalangan pemimpin-pemimpin agama. Diasumsikan mereka telah memiliki kedewasaan berpikir tentang agama dan keimanan, jadi pada saat-saat terjadi perbedaan (dan memang akan selalu ada perbedaan antar agama) dialog tidak menjadi kaku melainkan jadi semakin berwarna dan semakin menyingkap keindahan jalan-jalan yang dipilih manusia untuk sampai pada Sang Khalik. Model ini dapat kita lihat pada forum-forum diskusi, sarasehan atau semintar lintas agama.

 Sedangkan pada tingkat grass root, dialog seperti itu justru dapat memperuncing perbedaan pendapat dan menimbulkan kesan konfrontasi. Oleh karena itu dialog di tengah-tengah masyarakat lebih tepat dilakukan dengan cara yang bersifat karitatif, gotong royong dan bersentuhan langsung dengan keseharian mereka. Misalnya saling menjaga jika ada masyarakat pemeluk agama lain yang sedang beribadah, bekerja sama membersihkan lingkungan kampung, silahturahmi dengan pemeluk agama lain pada saat hari raya keagamaan dan lain-lain.

Contoh lain, pada pesta di kalangan masyarakat Toraja yang sebagian besar beragama Katolik maupun Kristen, hidangan dari daging babi adalah santapan yang selalu disajikan. Namun pada saat pesta berlangsung, mereka juga tetap menyediakan makanan dengan lauk ikan maupun ayam untuk tamu-tamu yang beragama Islam.

 Contoh berikutnya, lihatlah keharmonisan gereja Katedral dan Masjid Istiqlal Jakarta. Kedua tempat ibadah besar ini bisa jadi saksi dinamika hidup bergandengan antar dua agama yang berbeda. Saat perayaan Jumat Agung dan Paskah misalnya, pengurus mesjid mempersilahkan umat yang hendak mengikuti Misa untuk memarkir kendaraannya di halaman masjid, karena saat itu memang volume umat lebih besar dari biasanya. Begitu pula sebaliknya, saat perayaan Idul Fitri, halaman gereja Katedral dibuka untuk parkir jemaah yang akan melangsungkan sholat Idul Fitri di Masjid Istiqlal
Inilah contoh-contoh panorama dialog antar umat beragama pada tataran akar rumput.

Toleransi di dunia maya

 Kita bisa belajar mengembangkan semangat toleransi yang sama pada dunia maya. Karakteristik dunia maya yang kemudian menjadi tantangan bagi kita adalah sifatnya yang terbuka nyaris tanpa sekat ruang dan waktu. Peluang setiap orang untuk memberi, meneruskan, menerima dan menanggapi informasi sama besarnya. Dengan demikian ruang untuk “dialog” terbuka sangat lebar dan peluang dialog berjalan konstruktif maupun destruktif juga sama besarnya. Hanya saja seperti yang sudah saya sampaikan di atas, topik terkait agama di dunia maya cenderung berkembang menjadi pembicaraan yang destruktif.

Oleh karena itu salah satu strategi membangun toleransi pada dunia maya adalah dengan meminimalkan peluang hadirnya informasi yang dapat menimbulkan sikap intoleransi. Dalam hal ini, ada tiga pihak yang memiliki peranan paling penting yaitu masyarakat, pemilik portal dan pemerintah sebagai regulator.

 Masyarakat Diharapkan masyarakat lebih arif dalam menyikapi pemberitaan-pemberitaan di media sosial. Tidak semua informasi yang berseliweran itu akurat dan valid, apalagi jika sudah ditumpangi oleh pihak-pihak yang memang ingin mengacaubalaukan kerukunan beragama di tanah air. Jangan mudah terprovokasi oleh hasutan-hasutan yang menjurus kepada anarkisme. Artikel-artikel yang semakin memperdalam khazanah keagamaan sudah tepat untuk kita santap, tetap katakan tidak untuk artikel-artikel yang cenderung merendahkan agama lain.

Pemilik Portal.Kearifan yang sama juga diharapkan dari para pemilik portal baik yang menayangkan berita/artikel langsung sebagai pihak pertama maupun yang mewadahi tulisan pihak lain. Content berisi hal-hal yang dapat merusak toleransi antar umat beragama sebaiknya jangan ditayangkan
. Berhati-hatilah memasang judul artikel. Memang judul sangat mempengaruhi pageview, tapi masih banyak masyarakat yang menafsirkan sebuah berita atau artikel hanya dari judulnya saja. Kemudian moderasi komentar harus dijaga untuk meminimalkan debat kusir yang bisa menjurus pada sikap intoleran. Memang tidak mudah, tetapi penyedia content harus memiliki mekanisme guna mencegah pembaca-pembaca yang kurang bertanggungjawab memanfaatkan artikel tersebut untuk menyebar permusuhan.

 Pemerintah.Sebagai regulator, pemerintah juga memiliki tanggungjawab untuk membuat dunia maya di tanah air menjadi tempat kondusif untuk toleransi antar umat beragama. Pemerintah mesti menjadi polisi lalu lintas informasi yang berseliweran di dunia maya. Tidak perlu sungkan-sungkan membreidel website dan akun yang menebar virus intoleransi atau radikalisme. Kemudian laporan dari masyarakat terhadap website atau perorangan yang menyebarkan bibit-bibit intoleransi juga harus ditanggapi dengan serius. Membangun forum kerukunan antar umat beragama di dunia maya sepertinya tidak akan berjalan semulus di dunia nyata. Malah segala sesuatu yang diembel-embeli agama selalu menjadi sasaran empuk netizen yang doyan berpolemik dan membuat keributan. Lebih baik membuat forum yang tidak dilabeli agama tetapi dikondisikan untuk menerima siapapun yang ingin bergabung, apapun agamanya.
Saat ini sudah banyak komunitas yang berkiprah di dunia nyata yang diawali dengan kumpul-kumpul di dunia maya. Anggota-anggota komunitas saat berkumpul tidak lagi mempersoalkan latar belakang agama, melainkan larut dalam kebersamaan berdasarkan hobi atau kepentingan mereka.

Membangun Ketahanan Nasional


Latar Belakang Ketahanan Nasional

Ketahanan Nasional merupakan hal terpenting yang harus di terapkan dalam jiwa masyarakat. Ketahanan Nasional juga sangatlah penting untuk berbangsa dan bernegara. Kemampuan suatu bangsa dan Negara dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa guna mencapai kesejahteraan bangsa serta melanjutkan pembangunan yang berkesinambungan. Ketahanan nasional juga sangat di pengaruhi oleh politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan nasional.

Di tinjau dari geo-politik dan geo-strategi dengan posisi geografisnya, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang ada di Indonesia cukup berpengaruh besar terhadap ketahanan nasional. Melalui persaingan persaingan yang sudah cukup global pada saat ini cukup memberi dampak negatif bagi ketahanan nasional. Hal ini dapat memengaruhi dan membahayakan kondisi ketahanan nasional jika terus berlangsung seperti ini, oleh karena itu perlu adanya ketangguhan dan inisiatif masyarkat akan pentingnya ketahanan nasional. Apabila bangsa Indonesia terus bersatu demi ketahanan nasional maka akan tercipta stabilitas nasional dan mampu mengatasi setiap bentuk ancaman, rintangan , dan hambatan yang berasal dari luar.

Tujuan Nasional

Suatu Negara pasti mempunyai tujuan demi tercapainya keinginan Negara dan bangsa. Tanpa adanya tujuan maka tidak akan ada harapan tercapainya cita – cita. Tujuan nasional merupakan proses yang akan di lakukan atau telah di lakukan oleh suatu bangsa yang perwujudannya akan terus di usahakan demi tercapainya cita – cita suatu bangsa.

Tujuan nasional Negara Indonesia terdapat dalam pembukaan UUD 1945 di alinea keempat yang berbunyi “kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”

Falsafah dan Ideologi Negara

Falsafah dan ideologi negara merupakan sesuatu hal yang mempunyai nilai tertentu. Falsafah dan ideologi negara Indonesia adalah pancasila. Di dalam pancasila banyak hal hal yang membangun karakter bangsa Indonesia. Akan tetapi, pada saat ini nilai nilai yang terkandung dalam pancasila sudah mulai terlupakan. Hal ini sungguh membuat bahaya jika tidak dicegah. Pancasila adalah acuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Falsafah dan ideologi Negara pada saat ini banyak di gunakan oleh pemerintah guna mementingkan kepentingan ekonomi dan politik. Akibatnya jati diri bangsa yang telah lama kokoh sekarang menjadi hancur. Di Indonesia banyak sekali rakyat mengalami kemiskinan dan tidak mendapatkan kemakmuran karena ulah yang berkuasa. Oleh sebab itu perlu adanya kesadaran agar jati diri bangsa tidak menjadi hancur seperti sekarang ini.

Bab 2

Pengertian Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional merupakan suatu kondisi dimana suatu bangsa mampu mengembangkan ketahanan dan kekuatan dalam menghadapi rintangan serta halangan yang dapat merusak kepribadian suatu bangsa. Ancaman yang dimaksud bias berasal dari dalam dan luar suatu bangsa dan dapat membahayakan integritas suatu bangsa dan jati diri bangsa.

Asas – Asas Ketahanan Nasional

Asas asas merupakan sebuah landasan dalam mencapai sebuah tujuan. Asas ketahanan nasional adalah sebuah sikap atau attitude yang di dasari oleh nilai nilai berdasarkan pancasila, UUD 1945 dan wawasan nusantara. 

Asas - asas nya adalah sebagai berikut :

a. Asas kesejahteraan dan keamanan
    Asas ini merupakan kebutuhan yang sangat mendasar dan wajib di penuhi baik oleh individu     maupun kelompok. Oleh sebab itu kesejahteraan dan keamanan merupakan asas dalam sistem kehidupan nasional.

b. Asas mawas ke dalam dan mawas ke luar
   Asas ini lebih mengacu kepada interaksi sosial. Sistem kehidupan nasional merupakan gabungan dari aspek aspek kehidupan yang saling berinteraksi. Interaksi yang di timbulkan bisa berupa interaksi positif maupun interaksi negatif. Oleh sebab itu perlu adanya sikap mawas ke luar dan mwas ke dalam.

c. Asas Kekeluargaan
   Asas ini bersikap kebersamaan, keadilan, kesamaan, tenggang rasa, gotong royong dan tanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat serta berbangsa dan bernegara. Masih banyak perbedaan dari asas kekeluargaan ini. Hal ini harus di hindari karena dapat merusak beberapa hal dari asas kekeluargaan ini.

d. Asas Komprehensif
    Asas ini mencakup aspek kehidupan dalam suatu perwujudan dan persatuan yang seimbang dalam kehidupan bermasyarakat. Ketahanan nasional mencakup ketahanan segenap aspek kehidupan bangsa secara utuh dan terpadu.

Bab 3

Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional pada Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

1. Pengaruh Aspek Ideologi
Ideologi adalah suatu sistem nilai yang merupakan kebulatan ajaran yang memberikan motivasi. Dalam ideologi juga terkandung konsep dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu bangsa. Keampuhan suatu ideologi tergantung kepada rangkaian nilai yang dikandungnya yang dapat memenuhi serta menjamin segala aspirasi hidup dan kehidupan manusia baik sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat.
Ideologi besar yang ada di dunia adalah :
• Liberalisme
• Komunisme
• Ideologi Pancasila

2. Pengaruh Aspek Politik
Politik berasal dari kata politics dan atau policy artinya berbicara politik akan mengandung makna kekuasaan (pemerintahan) atau juga kebijaksanaan. Pemahaman itu berlaku di Indonesia dengan tidak memisahkan antara politics dan policy sehingga kita menganut satu paham yaitu politik.
Ketahanan Nasional ini yang meliputi dua bagian utama yaitu politik dalam negeri dan politik luar negeri.
• Politik Dalam Negeri
• Politik Luar Negeri

3. Pengaruh Pada Aspek Ekonomi
Perekonomian adalah salah satu aspek kehidupan nasional yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan bagi masyarakat , meliputi produksi, distribusi serta konsumsi barang dan jasa. Sistem perekonomian yang dianut oleh suatu negara akan memberi corak dan warna terhadap kehidupan perekonomian dari negara itu. Kini tidak ada lagi sistem perekonomian liberal murni dan atau sistem perekonomian sosialis murni karena keduanya sudah saling melengkapi dengan beberapa modifikasi didalamnya.

4. Pengaruh Pada aspek Sosial Budaya
Pengertian sosial pada hakekatnya adalah pergaulan hidup manusia dalam bermasyarakat yang mengandung nilai-nilai kebersamaan, senasib, sepenanggungan dan solidaritas yang merupakan unsur pemersatu. Kebudayaan merupakan seluruh cara hidup suatu masyarakat yang manifestasinya dalam tingkah laku dan hasil dari tingkah laku yang dipelajari dari berbagai sumber. Kebudayaan diciptakan oleh faktor organobiologis manusia, lingkungan alam, lingkungan psikologis dan lingkungan sejarah.

5. Pengaruh Pada Aspek Pertahanan dan Keamanan
Pertahanan dan keamanan Indonesia adalah kesemestaan daya upaya seluruh rakyat Indonesia sebagai satu sistem pertahanan dan keamanan dalam mempertahankan dan mengamankan negara demi kelangsungan hidup dan kehidupan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pertahanan dan keamanan dilaksanakan dengan menyusun, mengerahkan dan mengerakkan seluruh potensi nasional termasuk kekuatan masyarakat di seluruh bidang kehidupan nasional secara terintegasi dan terkoordinasi, yang diadakan oleh pemerintah dan negara Indonesia dengan TNI dan Polri sebagai inti pelaksana.

Keberhasilan Ketahanan Nasional Indonesia

Untuk mewujudkan keberhasilan ketahanan nasional diperlukan kesadaran setiap warga negara Indonesia, yaitu :

Memiliki semangat perjuangan bangsa dalam bentuk perjuangan non fisik yang berupa keuletan dan ketangguhan yang tidak mengenal menyerah yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam rangka menghadapi segala ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan baik yang datang dari luar maupun dari dalam, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

Sadar dan peduli terhadap pengaruh-pengaruh yang timbul pada aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan, sehingga setiap warga negara Indonesia baik secara individu maupun kelompok dapat mengeliminir pengaruh tersebut, karena bangsa Indonesia cinta damai akan tetapi lebih cinta kemerdekaan. Hal itu tercermin akan adanya kesadaran bela negara dan cinta tanah air.